Ada sebuah lagu terkenal dengan judul seperti di atas "How Big Is Your Love", seberapa besar cintamu, dalam hal ini ditujukan kepada anak atau peserta didik / murid.
Sebagai seorang Guru, seberapa besar Anda memahami siswa dengan berbagai karakter dan permasalahannya. Guru membutuhkan pengetahuan, pelatihan, dan pengalaman dalam menghadapi permasalahan tersebut, apalagi Guru juga menjadi orang tua bagi anak-anaknya yang akan menghadapi anak sendiri.
Berkaitan dengan hal di atas, Guru dan Karyawan Sekolah Tri Ratna mengikuti seminar parenting dengan tema Understanding Children's Character pada tanggal 4 Mei 2019 bertempat di STABN Sriwijaya, Tangerang. Acara seru ini diselenggarakan oleh BKPBI (Badan Koorrdinasi Pendidikan Buddhis Indonesia) dengan menghadirkan moderator Edi Ramawijaya Putra dengan narasumber Fidelis Waruwu (Education Training Consulting Jakarta) dan Prajna Dewi (Kepala Akademik Sekolah Narada).
Ibu Jenty sebagai perwakilan dari BKPBI membuka seminar dengan menyatakan bahwa banyak orang tua Buddhis yang bingung menghadapi anaknya dengan masalah dan karakter masing-masing, dan apa yang harus dilakukan untuk mengatasi hal ini. Disambung oleh Ibu Prajna bahwa memang untuk menjadi orang tua itu tidak ada sekolahnya, orang tua harus banyak belajar, belajar dan belajar untuk menjadi orang tua yang baik untuk anak-anaknya, ataupun untuk Guru dalam berhadapan dengan muridnya.
Banyak hal yang disampaikan oleh Ibu Prajna, beberapa poin pentingnya adalah; pahami karakter anak, jangan membanding-bandingkan anak, fokus ke anak, jangan sambil bermain hp,jangan hanya berbicara, tetapi intonasi dan gestur lebih dominan, jelaskan dengan kasih sayang dan pengertian, dan berikan quality time untuk anak. Ada beberapa kata-kata ajaib yang harus dihindari seorang mama kepada anaknya, yaitu seperti; mama bikinin, mama ambilin, mama belain, mama warisin, dan beberapa kata-kata lain yang memanjakan anak, hal ini sangat mengganggu perkembangan skil-skill abad 21. Anak menjadi tidak kreatif, kritis, komunikatif, dan anti sosial.
Pembicara kedua, Bapak Fidelis memaparkan bahwa anak membawa karakter bawaan dan karakter yang bukan bawaan (terbentuk oleh pengalaman). Karakter bawaan anak dikelompokkan menjadi 8, yaitu introvert, ekstrovert, perasa, pemikir, perencana, fleksibel, pemimpi, realistis. Setiap karakter memiliki ciri-ciri khusus yang memerlukan perlakuan yang berbeda. Bapak Fidelis juga menambahkan beberapa karakter yang bisa dibentuk dengan latihan dan pengalaman, yaitu kejujuran, loyalitas, integritas, disiplin.
Menurut Bapak Fidelis, lingkungan sangat berpengaruh dalam membentuk karakter anak, untuk anak seumuran anak TK atau SD, keluarga dan guru sangat berperan. Sedang ketika remaja, teman sebaya memiliki pengaruh yang besar, sedangkan pengaruh orang tua sudah mulai berkurang, makanya banyak anak remaja yang lebih mengikuti saran temannya ketimbang orang tuanya sendiri. Hal ini patut dipahami oleh orang tua dan Guru.
Sebagai penutup, moderator seminar, Bapak Edi menyumpulkan bahwa, lingkungan sekolah, keluarga, teman sebaya dan lingkungan masyarakat hendaknya bersatu, bahu membahu membentuk karakter anak generasi Z, atau generasi masa kini agar merasakan ungkapan cinta kasih yang mengarahkan pada karakter yang baik untuk anak-anak.
コメント